Sejarah perkembangan estetika didasarkan pada sejarah perkembangan estetika di Barat yang dimulai dari filsafat Yunani Kuno. Hal ini dikarenakan estetika telah dibahas secara terperinci berabad-abad lamanya dan dikembangkan dalam lingkungan Filsafat Barat. Hal ini bukan berarti di Timur tidak ada pemikiran estetika. Pemikiran mengenai nilai keindahan di dunia timur terkait erat dengan agama dan pemahaman suatu aliran spiritual, sehingga bahasannya selalu berikan dengan masalah keagamaan. Berbeda dengan barat yang memandang keindahan suatu karya manusia dalam dalam konteks kemanusiaan dan nilai yang terkandung di dalamnya (bahasan umum).
Secara garis besarnya, tahapan periodisasi estetika barat disusun dalam delapan periode, yaitu:
- Periode Klasik (dogmatik)
- Periode Skolastik
- Periode Renaisance
- Periode Aufklarung
- Periode Idealis
- Periode Romantik
- Periode Positifistik
- Periode Kontemporer
Periode Klasik (Dogmatik)
Dalam periode ini para folosof yang membahas estetika diantaranya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Dari ketiga filosof ini dapat dikatakan bahwa Socrates sebagai perintis, Plato yang meletakkan dasar-dasar estetika dan Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajaran Plato.Dalam periode ini ada beberapa ciri mengenai pandangan estetikanya, yaitu :
- Bersifat metafisik: Keindahan adalah ide, identik dengan ide kebenaran dan ide kebaikan. Keindahan itu mempunyai tingkatan kualitas, dan yang tertinggi adalah keindahan Tuhan.
- Bersifat objektifistik: Setiap benda yang memiliki keindahan sesungguhnya berad dalam keindahan Tuhan. Alam menjadi indah karena mengambil peranannya atau berpartisipasi dalam keindahan Tuhan.
- Bersifat fungsional: Pandangan tentang seni dan keindahan haruslah berkaitan dengan kesusilaan (moral), kesenangan, kebenaran dan keadilan.
Socrates: 468-399SM
Socrates sebagai seorang perintis yang meletakkan batu pertama bagi fundamen estetika, sebelum ilmu itu diberi nama. Dia adalah anak dari seorang pemahat yang bernama Sophromiscos dan ibunya bernama Phainarete adalah seorang bidan. Jalan pikiran yang dipergunakan Socrates dalam mencari hakekat keindahan ialah dengan menggunakan cara dialog. Socrates menamakan metodenya ”maeutika tehnic (seni kebidanan)” yang berusaha menolong mengeluarkan pengertian-pemgertian atau kebenaran. Socrates mencoba mencari pengertian umum dengan jalan dioalog.Dalam dialog-dialognya Socrates membuka persoalan dengan mempertanyakan sesuatu itu disebut indah dan sesuatu itu disebut buruk. Apakah sesuatu yang disebut indah itu memiliki keindahan? Lantas apakah keindahan itu? Disini Socrates mencoba merumuskan arti keindahan dari jawaban-jawaban lawan dialognya.
Menurut Socrates, keindahan yang sejati itu ada di dalam jiwa (roh). Raga hanya merupakan pembungkus keindahan. Keindahan bukan merupakan sifat tertentu dari suatu benda, tetapi sesuatu yang ada dibalik bendanya itu yang bersifat kejiwaan.
Plato: 427-347SM.
Menurut Plato keindahan itu bertingkat., untuk mencapai keindahan yang tertinggi (keindahan yang absolut) melalui fase-fase tertentu (Wajiz Anwar, 1980). Fase pertama, orang akan tertarik pada suatu benda/tubuh yang indah. Disini manusia akan sadar bahwa kesenangan pada bentuk keindahan keragaan (indrawi) tidak dapat memberikan kepuasan pada jiwa kita. Setelah kita sadar bahwa keindahan dalam benda/tubuh itu hanya pembungkus yang bersifat lahiriah, maka kita tidak lagi terpengaruh oleh hal-hal yang lahiriah. Manusia akan meningkatkan perhatiannya pada tingkah laku hal yang dicintai, yaitu pada norma-norma kesusilaan (noma moral) secara konkrit. Hal ini terlihat dalam tingkah laku dari orang/hal-hal yang kita cintai.Dalam fase kedua, maka kecintaan terhadap norma moral secara konkrit ini berkembang menjadi kecintaan akan norma moral secara absolut yang berupa ajaran-ajaran tentang kesusilaan/bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku yang baik.
Dalam fase ketiga, orang akan mengetahui jurang yang memisahkan antara moral dan pengetahuan, dan orang akan berusaha untuk mencari keindahan dalam berbagai pengetahuan. Orang Yunani dulu berbicara tentang buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Kalaui manusia sudah sampai pada fase yang ketiga ini maka akan mengantarkan manusia pada fase yang keempat yaitu keindahan yang mutlak/absulut. Disinilah orang berhasil melihat keindahan mutlak, yang sesungguhnya indah, keindahan universal dan maha tingggi. Dan disinilah segala sesuatu berasal dan kesitu pula segala sesuatu harus kembali.
Seni
Seni yang baik menurut Plato adalah seni musik. Musik mempunyai peranan yang penting dalam negara yaitu dapat mempengaruhi dalam bidang moral dan politik. Di bidang moral, musik dapat memperhalus perasaan manusia (musik yang sentimentil) dan dapat juga sebaliknya.Dibidang politik, musik dapat mengubah jiwa patriotik dan kecintaan terhadap tanah air. Selain seni musik, maka retorik atau seni berpidato merupakan seni utilitary (seni dimana segi kegunaanya diutamakan, bukan keindahan, kebenaran atau kebijaksanaanya) maka seni ini lebih berguna bagi kaum politisi, yang bertujuan untuk menggalakkan orang lain dalam mengikuti tujuan akhirnya. ”Selalu pergunakanlah retorik dengan keadilan” adalah suatu anjuran yang akhirnya Plato mengakui untuk eksistensinya, yakni untuk kemungkunan-kemungkinan didaktif. Problem hubungan antara seni dan pendidikan telah diungkapkan dalam bukunya Republik, tetapi ketika timbul lagi dalam Laws, tidak ada lagi sugesti untuk mengutuknya. Malah sebaliknya disini Plato secara tegas menguatkan keterangan hubungan satu sama lainnya. Musik, tarian dan nyanyan koor sangat terpuji karena nilai pendidikannya, dan tanpa banyak kesusahan lagi seni kini menjadi guru utama kehidupan.
Pembalikan yang sangat tajam konsep Plato ini disebabkan adanya hubungan harmonis antara seni dan kehidupan, sebagai akibatnya dia membukakan pintu perhatian adanya kemampuan mendidik pada retorik dan adanya sintesis dalam instruksi dan kesenangan, yang kemudian mewataki teori paedagogik seni. Konsekueninya tentang konsepsi seni sebagai gabungan antara yang baik, benar dan yang indah (Abdul Kadir, 1974:10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar